OTAK manusia ternyata mengalami kesulitan mencari wajah seseorang di keramaian meskipun wajah tersebut sudah dikenal sebelumnya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Hasil penelitian terbaru membuktikan otak memproses lautan wajah manusia menjadi koleksi garis dan sudut yang kabur. Hasilnya, otak akan mengalami kebingungan.
Fenomena ini disebut crowding dan terjadi ketika seseorang gagal mengenali objek individual di lingkungan yang semrawut. Malfungsi identifikasi penglihatan ini terjadi karena terjadi sedikit korsleting di otak, yang berusaha mendata informasi visual yang membanjir dan masuk setiap detik.
"Fenomena ini mengungkapkan salah satu mekanisme fundamental sistem visual mata dan otak kita, yang berusaha mengonsolidasikan atau menyaring masuknya begitu banyak informasi menjadi sedikit fakta yang berarti," kata David Whitney, psikolog di Centre for Mind and Brain di Universitas California AS.
David Whitney dan timnya melakukan lima eksperimen untuk mengukur rekognisi para partisipan untuk mencari wajah atau rumah yang familiar dari kerumunan wajah dan rumah. Sebuah gambar akan tampil di layar komputer dan objek penelitian harus mengindikasikannya dengan cepat orang atau rumah yang dikenal. Hasilnya, para partisipan amat sulit mengidentifikasi wajah yang berada di kerumunan wajah lainnya, sebagaimana yang terjadi di jalanan. Sebaliknya, partisipan tidak mengalami kesulitan mengenali objek rumah yang menjadi target. Para peneliti menyatakan, hasil observasi dengan menggunakan layar komputer ini berkorelasi lurus dengan kehidupan nyata. Gambar-gambar wajah yang diterima otak saling mengganggu satu sama lain membuat otak kesulitan "memungut" satu wajah dari keramaian.